Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana

Lukisan Indah Alami Memanjakan Mata di Lempuyang Luhur

Sekitar 22 kilometer di utara dari ibu kota Karangasem, atau beberapa kilometer sebelum Amed, berdiri Bukit Gamongan antara Puncak Bisbis. Di sana, terdapat Pura yang disebut Pura Lempuyang Luhur. Sejarah Pura ini belum terungkap, tapi terdapat dua lontar, lontar Sading dan lontar Prasasti Dewa Purana Bangsul. Lontar pertama menceritakan bahwa pada tahun 1072 Saka, Sri Maharaja Jayasakti diberitahu oleh ayahnya untuk pergi ke Bali untuk membangun sebuah Pura, yang akan menjadi penyelamat Bali di Gunung Lempuyang.
Pada lontar kedua disebutkan bahwa Parameswara mengirimkan anak-anaknya, terutama Sri Gnijayasakti, untuk pergi ke Bali dan menjadi penyelamat pulau. Lempuyang adalah sebuah kata Jawa yang dalam bahasa Bali berarti gamongan, sehingga orang Bali menganggap Pura di Bukit Gamongan sebagai Pura Lempuyang.
Terdapat enam Pura di sepanjang jalan ke Pura Lempuyang Luhur, yang terletak di puncak bukit. Untuk mencapai Pura, kesabaran dan kemurnian jiwa kita diuji, dan bukan kekuatan fisik kita.
Pura pertama terletak tidak terlalu jauh dari tempat parkir. Pintu masuk Pura sangat menakjubkan, patung naga yang panjang menjaga tangga dengan ekor mereka melingkar di bagian atas tangga. Dari Pura ini ke Pura kedua yang disebut Pura Telaga Mas, anda dapat pergi baik dengan berjalan kaki atau dengan ojek motor. Menggunakan ojek motor, kita dapat menikmati angin sejuk, sementara berjalan kaki melalui jalan berbukit-bukit akan memberikan manfaat bagi kesehatan anda dan juga akan memberi lebih banyak waktu untuk memperoleh inspirasi dari pemandangan di sekitarnya.
Dari Pura Telaga Mas ke Pura berikutnya, tidak ada pilihan lain selain hiking. Perjalanan akan sedikit sulit, dan anda akan merasa seperti memanjat tangga yang tidak pernah berakhir. Pura keempat terletak bersebelahan dengan Pura ketiga. Pura Puncak Bisbis adalah Pura kelima setelah melalui tangga panjang di tanah yang keras. Pura ini lebih tua dan sepi, berdiri tenang di tengah-tengah hutan lebat. Di belakang Pura ini terdapat jalan sempit dan medan sulit yang berupa anak tangga sepanjang 1 kilometer dan berakhir di Pura Pasar Agung, yang merupakan Pura keenam di mana banyak orang, terutama pedagang dan pengusaha, berdoa untuk kesuksesan dalam bisnis dan usaha mereka.
Ini merupakan perjalanan yang sulit ditakulkkan, sepanjang jalan adalah hamparan jalu menanjak yang harus dilakukan, dan terkadang menemui tanah gembur yang mudah longsor. Hutan disekitarnya tidak terlalu lebat tetapi terdapat pepohonan tua dan pohon pandan raksasa yang mengelilingi jalanan yang dapat membuat perjalanan sedikit gelap. Daerah ini adalah rumah bagi para monyet abu-abu, mereka tidak mengganggu tapi tetap saja lebih baik bila anda tidak memberi makan saat anda melewati mereka.
Kekaguman dan kemurnian jiwa meluap. Pada bagian utama Pura yang tidak terlalu luas, dimana terdapat tiga lokasi yang merupakan tempat bagi bamboo-bambu berukuran sedang yang dianggap suci. Udara sejuk dan tidak tercemar mengisi paru-paru, suasana tenang akan menenangkan jiwa, dan kesucian kawasan ini memberikan perasaan aman yang fantastis. Tidak hanya itu, lukisan indah alami di sekitar perbukitan memanjakan mata. Semua rasa sakit dan kelelahan akan terlepas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar