Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana Yayasan Shantam Buana

Besakih, Pura Pusat di Bali

Para Pusat Besakih, terletak di desa Besakih pada lereng Gunung Agung, sebelah timur Pulau Bali, merupakan Pura yang paling penting bagi masyarakat Bali, Indonesia, dan salah satu dari serangkaian Pura di Bali.

Pura Besakih kemungkinan dibangun pada abad keempat belas. Dibangun pada lereng selatan Gunung Agung, gunung berapi terbesar di Bali. Pura Besakih sebenarnya adalah sebuah kompleks yang terdiri dari dua puluh dua Pura yang terletak berjejer di pegunungan. Pura Besakih memiliki teras yang bertingkat dan tangga yang naik ke beberapa halaman, dan pintu masuk yang mengarah ke struktur Meru puncak menara utama, yang disebut Pura Penataran Agung. Semua ini sejajar sepanjang sumbu tunggal dan dirancang untuk membimbing tingkat kerohanian ke atas dan lebih dekat ke gunung yang dianggap sakral.
Simbolis pusat atau tempat perlindungan utama dari kompleks ini adalah Pura Penataran Agung dan takhta teratai atau Padmasana adalah pusat simbolis tempat suci utama dan fokus kegiatan ritual dari seluruh kompleks. Bagian ini diperkirakan dibangun sekitar abad ketujuh belas.
Pura terbesar di dalam kompleks adalah Pura Penataran Agung yang didedikasikan untuk Siwa, Pura Kiduling Kreteg, mewakili Brahma, Sang Pencipta, dan Pura Batu Madeg, mewakili Wisnu, sang Pemelihara. Tiga manifestasi Tuhan yang dikenal sebagai Tri Murti.
Serangkaian letusan Gunung Agung pada tahun 1963, yang menewaskan sekitar 1.700 orang juga mengancam Puru Besakih. Aliran lava mengelilingi kompleks Pura hanya beberapa meter dari Pura. Penyelamatan Pura dianggap oleh masyarakat Bali sebagai keajaiban, dan sebuah sinyal dari para dewa yang ingin menunjukkan kekuatan mereka, tetapi tidak menghancurkan monumen yang telah didirikan oleh masyarakat Bali tersebut.
Setiap tahun paling tidak terdapat tujuh puluh upacara agama yang diselenggarakan di kompleks Pura Besakih, karena setiap tahun terdapat perayaan tahunan hampir di setiap tempat suci. Siklus tahunan ini didasarkan pada siklus 210 hari, sistem kalender Bali, Wuku.
Kompleks Pura Besakih sangat luas dan berbukit. Jadi benar-benar perlu untuk mendapatkan panduan yang baik dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Pura, jika tidak, anda tidak akan benar-benar mememahaminya. Karena ada begitu banyak hal yang dapat diamati dan dipahami di dalam kompleks Pura. Misalnya, orang dapat mengagumi ukiran yang menceritakan beberapa cerita epik seperti Ramayana dan Mahabrata yang menghias arsitektur tradisional Pura, serta lukisan-lukisan tua yang bergaya Kamasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar